
Mengabarkan.com – Aipda Jhonmeydianto Sinaga, merupakan personel polisi yang bertugas di wilayah Polsek Rambah, Polres Rokan Hulu (Rohul), Polda Riau.
Hari itu, Aipda Jhon, begitu orang menyebutnya, terlihat tertawa ria bersama warga binaanya yang ada di Desa Suka Maju, Kecamatan Rambah, Rohul.
Tak hanya Aipda Jhon yang duduk di warung kopi itu. Ada juga Babinsa dari Koramil 02 Rambah, Kodim 0313/KPR, Serda Dedy Novery Samosir.
Saat keduanya sedang menyeruput kopi yang diberi gula aren itu, tiba-tiba warga langsung meberikan pertanyaan terkait proses Pemilu saat ini.
“Maaf ya Pak, kan di sini ada TNI dan Polri, kira-kira Pemilu 2024 ini bisa enggak netral? Dan bagaimana seharusnya kami bertindak jika ada orang-orang yang mencoba memprovokasi saat proses Pemilu ini?. Tanya Herman, warga Desa Suka Maju itu.
Tak lama setelah pertanyaan itu, rekan lainya mencoba mengalihkan pembicaran lain. Mungkin rekanya takut kalau Polisi dan TNI itu tersinggung karena pertanyaan dari Herman.
“Tak apa-apa Pak, pertanyaan Pak Herman itu sangat bagus. Sebelum dijelaskan, mari kita minum kopi dulu,” ajak Aipda Jhon sembari tersenyum.
Usai menyeruput kopinya, ia pun mencoba menjelaskan beberapa aturan yang boleh maupun yang tak boleh dilakukan oleh Polisi dan TNI.
“Nah, Pak Babinsa ada di sini. Artinya sudah lengkap, ada Polisi dan TNI-nya. Jadi Pak, kami dari TNI dan Polri sudah wajib itu netral di Pemilu ini,” jelas Aipda Jhon yang diamini oleh Babinsa Serda Dedy.
“Jangankan untuk mendukung para calon kandidat Pak, kami sekarang ini enggak boleh lagi berpose foto menggunakan simbol tertentu. Sekarang hanya ada dua, yaitu foto dengan pose salam presisi dan foto salam komando,” bebernya di hadapan warga, sembari memperagakan pose foto tersebut.
Bahkan, lanjut Aipda Jhon, foto dengan simbol tertentu juga tak boleh diunggah di media sosial. Intinya netralitas TNI-Polri harga mati,” cetusnya, pada Jumat (24/11/2023).
Sembari tertawa, Aipda Jhon pun tak lupa menyampaikan pesan kepada warga binaannya agar dapat menghindari pelanggaran, termasuk di Pemilu 2024.
“Pak, jangan karena beda pilihan, bapak-bapak jadi tak cakapan. Pililah sesuai hati nurani. Ingat Pak, hindari fitnah, berita bohong dan politik uang. Sehingga Pemilu 2024 nanti berjalan dengan aman dan damai,” imbau Aipda Jhon.
Usai memberikan imbauan dan penjelasan, Aipda Jhon dan Serda Dedy pun berpamitan kepada warga.
“Mohon maaf Pak, izin, kami harus bertugas lagi ke desa binaan kami. Mari kita jaga Pemilu ini berjalan aman dan damai,” ajaknya lagi.
Setelah berpamitan, warga pun mengajak Bhabinkamtibmas dan Babinsa untuk foto bareng. Saat berpose foto itu, Aipda Jhon dan Serda Dedy tetap tak menggunakan simbol apapun. Mereka lebih memilih pose foto saat waktu bercengkrama.
“Pose foto seperti ini aja ya Pak,” kata Aipda Jhon.
Wajib Dilaksanakan
Sementara itu, di tempat terpisah, Kapolres Rokan Hulu AKBP Budi Setiyono, membenarkan adanya aturan pose foto bagi Polri.
AKBP Budi menyebut, menjelang Pileg dan Pilpres, polisi dan tentara dilarang memposting foto diri dengan pose tangan yang sekiranya menjadi simbol dukungan.
Hal itu dilakukan demi menjaga netralitas Polri di Pemilu 2024.

“Foto yang terlanjur diunggah di media sosial dengan pose yang berpotensi merujuk atau mengarah kepada partai atau pasangan calon, diimbau untuk dihapus,” jelas AKBP Budi.
Dia menyebut, bentuk larangan pose foto itu merupakan aturan yang harus dijalankan oleh seluruh anggota Polri.
“Jadi tidak main-main. Ini salah satu bentuk netralitas polri, agar Pemilu berjalan dengan aman dan damai,” tegas Budi. *** (Paber Siahan)